Senin, 13 Oktober 2014

hadist tentang azas dalam bimbingan konseling


HADITS-HADITS TENTANG AZAS-AZAS BIMBINGAN KONSELING ISLAMI (BAGIAN II)
A.    Pendahuluan
Bimbingan konseling Islam adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh konselor kepada klien agar mampu hidup selaras dengan ketentuan Allah Swt, untuk mendapatkan kebehagian dunia dan akhirat. Penyelenggaraan layanan bimbingan konseling dituntut untuk memenuhi sejumlah azas bimbingan. Pemenuhan azas bimbingan itu akan memperlancar pelaksanaan dan menjamin keberhasilan layanan, sehingga dikatakan bahwa azas dalam bimbingan konseling sebagai nafas dari kehidupan layanan bimbingan dan konseling. Apabila azas-azas ini tidak berjalan dengan baik, maka penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan berjalan tersendat-sendat atau bahkan akan terhenti sama sekali.
Sebagai calon konselor yang professional dan islami. Penggunaan asas dalam proses konseling tentu akan mengacu kepada Al-Quran dan hadist. Bagaimana seorang konselor harus mampu memahami dan mengaplikasiakn  azas dari sudut pandang agama. Dalam malah ini pemakalah akan memaparkan hadist yang berkaitan dengan azas-azas dalam konseling.
B.     Hadits-hadits tentang Azas-Azas Bimbingan konseling Islami (Bagian II)
1.      Asas saling menghargai dan menghormati
Proses layanan bimbingan dan konseling adanya hubungan yang terjalin antara klien dan konselor, dimana antara klien dan konselor saling menghormati dan saling menghargai.
Klien menghormati konselor karena konselor membantu klien dalam mengentaskan masalah yang dihadapinya, begitupun sebaliknya konselor menghargai klien dengan membantu mencarikan solusi pada masalah yang dihadapi oleh klien tersebut. Prinsip saling menghargai ini telah diajarkan oleh tuhan, hal ini terdapat pada surat An-nisa :86
#sŒÎ)ur LäêŠÍhãm 7p¨ŠÅstFÎ/ (#qŠyssù z`|¡ômr'Î/ !$pk÷]ÏB ÷rr& !$ydrŠâ 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. 4n?tã Èe@ä. >äóÓx« $·7ŠÅ¡ym ÇÑÏÈ
 “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu”.
عَنْ عِيَاضِ بْنِ حِمَارٍ الْمُجَاشِعِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ذَاتَ يَوْمٍ فِي خُطْبَتِهِ أَلَا إِنَّ رَبِّي أَمَرَنِي أَنْ أُعَلِّمَكُمْ مَا جَهِلْتُمْ مِمَّا عَلَّمَنِي يَوْمِي هَذَا كُلُّ مَالٍ نَحَلْتُهُ عَبْدًا حَلَالٌ وَإِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ وَإِنَّهُمْ أَتَتْهُمْ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ عَنْ دِينِهِمْ وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ وَأَمَرَتْهُمْ أَنْ يُشْرِكُوا بِي مَا لَمْ أُنْزِلْ بِهِ سُلْطَانًا وَإِنَّ اللَّهَ نَظَرَ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ فَمَقَتَهُمْ عَرَبَهُمْ وَعَجَمَهُمْ إِلَّا بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَقَالَ إِنَّمَا بَعَثْتُكَ لِأَبْتَلِيَكَ وَأَبْتَلِيَ بِكَ وَأَنْزَلْتُ عَلَيْكَ كِتَابًا لَا يَغْسِلُهُ الْمَاءُ تَقْرَؤُهُ نَائِمًا وَيَقْظَانَ وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَنِي أَنْ أُحَرِّقَ قُرَيْشًا فَقُلْتُ رَبِّ إِذًا يَثْلَغُوا رَأْسِي فَيَدَعُوهُ خُبْزَةً قَالَ اسْتَخْرِجْهُمْ كَمَا اسْتَخْرَجُوكَ وَاغْزُهُمْ نُغْزِكَ وَأَنْفِقْ فَسَنُنْفِقَ عَلَيْكَ وَابْعَثْ جَيْشًا نَبْعَثْ خَمْسَةً مِثْلَهُ وَقَاتِلْ بِمَنْ أَطَاعَكَ مَنْ عَصَاكَ قَالَ وَأَهْلُ الْجَنَّةِ ثَلَاثَةٌ ذُو سُلْطَانٍ مُقْسِطٌ مُتَصَدِّقٌ مُوَفَّقٌ وَرَجُلٌ رَحِيمٌ رَقِيقُ الْقَلْبِ لِكُلِّ ذِي قُرْبَى وَمُسْلِمٍ وَعَفِيفٌ مُتَعَفِّفٌ ذُو عِيَالٍ ... [رواه مسلم][1]                                                                                                              
“Dari Iyadh bin Himar Al Mujasyi'i Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam bersabda pada suatu hari dalam khutbah beliau: "Sesungguhnya Rabbku memerintahkanku untuk mengajarkan yang tidak kalian ketahui yang Ia ajarkan padaku pada hari ini: 'Semua harta yang Aku berikan pada hamba itu halal, sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hambaKu dalam keadaan lurus semuanya, mereka didatangi oleh setan lalu dijauhkan dari agama mereka, setan mengharamkan yang Aku halalkan pada mereka dan memerintahkan mereka agar menyekutukanKu yang tidak Aku turunkan kuasanya.' Sesungguhnya Allah memandang penduduk bumi lalu Allah membenci mereka, arab maupun ajam, kecuali sisa-sisa dari ahli kitab, Ia berfirman: 'Sesungguhnya aku mengutusmu untuk mengujiMu dan denganMu Aku menguji, Aku menurunkan kitab padamu yang tidak basah oleh air, kau membacanya dalam keadaan tidur dan terjaga.' Sesungguhnya Allah memerintahkanku untuk membakar kaum Quraisy lalu aku berkata: 'Wahai Rabb, kalau begitu mereka akan memecahkan kepalaku lalu mereka membiarkannya menjamur.' Ia berfirman: 'Usirlah mereka sebagaimana mereka mengusirmu, perangilah mereka niscaya Kami akan membantumu, berinfaklah niscaya Kami akan menggantinya, utuslah bala tentara niscaya Kami akan mengirim lima kali sepertinya, perangilah orang yang mendurhakaimu bersama orang yang menaatimu." Beliau meneruskan: "Penghuni surga itu ada tiga; pemilik kekuasaan yang sederhana, derma dan penolong, seorang yang berbelas kasih, berhati lunak kepada setiap kerabat dan orang muslim yang sangat menjaga diri dan memiliki tanggungan.”
 
Hadist diatas menerangkan bahwa manusia itu diciptakan dalam keadaan yang lurus, namun setanlah yang menyesatkan manusia untuk melakukan tindakan yang diharamkan oleh allah, dan rasulullah juga mengatakan bahwa salah satu orang yang akan menghuni syurga itu adalah seorang yang berbelas kasih, berhati lunak kepada setiap kerabat dan orang muslim yang sangat menjaga diri dan memiliki tanggungan.
Implikasi pada bimbingan dan konseling yaitu proses konseling seorang konselor menghargai dan menghormati klien dengan berempati atau berbelas kasih setiap permasalahan yang dihadapinya. Dan membantu klin untuk mengentaskan masalah yang dihadapinya,
2.      Asas manfaat pendidikan
Layanan konseling yang diberikan kepada klien berupaya untuk mendidik klien dari sesuatu yang tidak diketahui menjadi tahu, dan dalam pelaksanaan layanan konsleling, konselor akan menddik klien secara tidak langsung dalam mengubah tingkah laku yang kurang baik menjadi baik, serta mengembnagkan potensi yang belum terungkap pada klien agar berkembang.  kemudian konselor juga bisa memberi layanan informasi sehingga bertambah pengetahuan klien yang berfungsi untuk pengambilan keputusan bagi klien yang berimplikasi masadepan klien agar semakin baik. Manfaat pendidkan juga telah disampaikan rasullullah memlalui hadist sebagai berikut:
بَاب الْعِلْمُ قَبْلَ الْقَوْلِ وَالْعَمَلِ لِقَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى {فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ} فَبَدَأَ بِالْعِلْمِ وَأَنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَرَّثُوا الْعِلْمَ مَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ بِهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَقَالَ جَلَّ ذِكْرُهُ {إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ} وَقَالَ {وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُون} {وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ} وَقَالَ {هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ} وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَإِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ وَقَالَ أَبُو ذَرٍّ لَوْ وَضَعْتُمْ الصَّمْصَامَةَ عَلَى هَذِهِ وَأَشَارَ إِلَى قَفَاهُ ثُمَّ ظَنَنْتُ أَنِّي أُنْفِذُ كَلِمَةً سَمِعْتُهَا مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَبْلَ أَنْ تُجِيزُوا عَلَيَّ لَأَنْفَذْتُهَا وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ {كُونُوا رَبَّانِيِّينَ} حُلَمَاءَ فُقَهَاءَ وَيُقَالُ الرَّبَّانِيُّ الَّذِي يُرَبِّي النَّاسَ بِصِغَارِ الْعِلْمِ قَبْلَ كِبَارِهِ [رواه البخاري]                                                                                                                      
" Berdasarkan firman Allah SWT maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Ialah Allah tiada tuhan selain Dia, maka segalanya bermula dengan ilmu, dan sesungguh nya para ulama itu pewaris (ilmu)para Nabi SAW yang berusaha memperolehnya maka ia memang sangat bertuah memperolehnya, dan barang siapa yang memperoleh dan barang siapa yang berjalan untuk menuntut ilmu niscahaya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju ke surga, seperti juga firman Allah: “sesungguhnya merekayang benar-benar takut kepada Allah adalah dikalangan hamba-hamba-Nya yang berilmu berbanding dengan orang-orang yang tak berilmu? Dan Nabi SAW bersabda, siapa yang ingin mengkaruniakan kebaikan untuknya, maka akan diberikan peluang untuknya mendalami ilmu untuk mengetahui agama dan sesungguh nya ilmu itu ditimba dengan menuntutnya, Ibnu Abbas berkata: jadilah kamu pendidik yang penyantun, ahli fiqih, dan ahli ilmu, disebut pendidik bila seseorang telah mendidik manusia dengan ilmunya sedikit-sedikit lama kelamaan banyak”.[2]
Hadits diatas menjelaskan bahwa bagi siapa yang menuntut ilmu Allah akan mempermudahkan baginya jalan ke syurga. Seorang pendidik yang telah mendidik manusia ilmunya akan semakin bertambah.
Implikasi dengan bimbingan konseling yaitu, konselor yang juga merupakan pendidik akan memberikan layanan kepada kliennya dengan ilmu dan keahlian yang telah dimiliki untuk membantu klien dalam mengentaskan permasalahannya, dan juga konselor dapat memberikan layanan informasi kepada klien yang membutuhkan informasi mengenai sesuatu yang dibutuhkan klien.
َ َنْ كَثِيرِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ كُنْتُ جَالِسًا مَعَ أَبِي الدَّرْدَاءِ فِي مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا أَبَا الدَّرْدَاءِ إِنِّي جِئْتُكَ مِنْ مَدِينَةِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِحَدِيثٍ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا جِئْتُ لِحَاجَةٍ قَالَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ[رواه ابو داود]
“Dari Katsir bin Qais ia berkata, "Aku pernah duduk bersama Abu Ad Darda di masjid Damaskus, lalu datanglah seorang laki-laki kepadanya dan berkata, "Wahai Abu Ad Darda, sesungguhnya aku datang kepadamu dari kota Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam karena sebuah hadits yang sampai kepadaku bahwa engkau meriwayatannya dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dan tidaklah aku datang kecuali untuk itu." Abu Ad Darda lalu berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudahnya jalan ke surga. Sungguh, para Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan serang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang.
 
Hadits diatas menerangkan bahwa mulianya orang yang menuntut ilmu,bahkan malaikatpun merendahkan sayapnya bagi para penuntut ilmu. Implikasi dengan bimbingan dan konseling yaitu dengan ilmu dan keahlian yang dimiliki, konselor mengaplikasikannya dengan memberikan layanan kepada klien yang membutuhkan.
3.      Asas keahlian
Pelaksanaan layanan bimbingan konseling dilaksanankan oleh tenaga-tenaga ahli (konselor) yang telah dididik untuk menyelenggarakan kegiatan koseling. Asas keahlian secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik dan alat (instrumentasi bimbingan dan konseling).[3]
Asas keahlian merupakan asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling diselenggarakan atas kaidah-kaidah Profesional.
Hal ini juga dijelaskan dalam bimbingan konseling Islam sebagaimana tertera dalam hadits Rasulullah di bawah ini:
َ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَال بَيْنَمَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَجْلِسٍ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ جَاءَهُ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ مَتَى السَّاعَةُ فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ سَمِعَ مَا قَالَ فَكَرِهَ مَا قَالَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ أَيْنَ أُرَاهُ السَّائِلُ عَنْ السَّاعَةِ قَالَ هَا أَنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا وُسِّدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ [رواه البخاري                                                                                  
" Dari Abu Hurairah berkata: Ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berada dalam suatu majelis membicarakan suatu kaum, tiba-tiba datanglah seorang Arab Badui lalu bertanya: "Kapan datangnya hari kiamat?" Namun Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tetap melanjutkan pembicaraannya. Sementara itu sebagian kaum ada yang berkata; "beliau mendengar perkataannya akan tetapi beliau tidak menyukai apa yang dikatakannya itu, " dan ada pula sebagian yang mengatakan; "bahwa beliau tidak mendengar perkataannya." Hingga akhirnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menyelesaikan pembicaraannya, seraya berkata: "Mana orang yang bertanya tentang hari kiamat tadi?" Orang itu berkata: "saya wahai Rasulullah!". Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila sudah hilang amanah maka tunggulah terjadinya kiamat". Orang itu bertanya: "Bagaimana hilangnya amanat itu?" Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka akan tunggulah terjadinya kiamat".[4]
 
Implikasi antara hadist dengan bimbingan dan konseling yaitu, pelaksanaan bimbingan dan konseling tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang, pelaksanaan bimbingan konseling harus dilakukan oleh tenaga ahli. Sesuai dengan pernyataan Prayitno dalam bukunya”usaha bimbingan konseling harus dilakukan azas keahlian secara teratur dan sistematik, dengan menggunakan prosedur dan alat memadai”.[5]
4.      Asas kemandirian dan kenormatifan
Asas kenormatifan yaitu asas yang menghendaki agar segenap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling didasarkan pada norma-norma, baik norma agama, hukum, peraturan, adat istiadat, ilmu pengetahuan,  dan kebiasaan – kebiasaan yang berlaku.[6]
Asas kemandirian asas yang menunjukkan pada tujuan umum bimbingan dan konseling yaitu peserta didik (klien) sebagai sasaran layanan/kegiatan  bimbingan dan konseling diharapkan menjadi individu-individu yang mandiri, dengan ciri-ciri mengenal diri sendiri dan lingkungannya, mampu mengambil keputusan, mengarahkan, serta mewujudkan diri sendiri.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ وَإِنْ أَصَابَكَ شَيْءٌ فَلَا تَقُلْ لَوْ أَنِّي فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَذَا وَلَكِنْ قُلْ قَدَرُ اللَّهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ فَإِنَّ لَوْ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ[رواه مسلم]
Dari Abu Hurairah dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah Subhanahu wa Ta 'ala daripada orang mukmin yang lemah. Pada masing-masing memang terdapat kebaikan. Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Apabila kamu tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu mengatakan; 'Seandainya tadi saya berbuat begini dan begitu, niscaya tidak akan menjadi begini dan begitu'. Tetapi katakanlah; 'lni sudah takdir Allah dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan dilaksanakan-Nya. Karena sesungguhnya ungkapan kata 'law' (seandainya) akan membukakan jalan bagi godaan syetan.”[7]
 
Hadits diatas rasullullah mengatakan allah mencintai mukmin yang kuat dari pada mukmin yang lemah. Seorang mukmin itu tidak boleh lemah, dan minta pertolongan pada allah. Dan jika mengalami suatu cobaan janagnlah menyesalinya.
Implikasi dengan bimbingan dan konseling yaitu seorang konselor harus mampu menjadikan klien mandiri dan menjadikan klien itu kuat terhadap masalah yang dihadapinya. 
 
عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَكُونُوا إِمَّعَةً تَقُولُونَ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ َحْسَنَّا وَإِنْ ظَلَمُوا ظَلَمْنَا وَلَكِنْ وَطِّنُوا أَنْفُسَكُمْ إِنْ أَحْسَنَ النَّاسُ أَنْ تُحْسِنُوا وَإِنْ أَسَاءُوا فَلَا تَظْلِمُوا قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيث حَسَنٌ غَرِيبٌ [رواه الترمذي]                                                                                                             
Dari Hudzaifah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Janganlah kalian menjadi orang yang suka mengekor orang lain. Jika manusia menjadi baik, maka kami juga akan berbuat baik. Dan jika mereka berbuat zhalim, maka kami juga akan berbuat zhalim.' Akan tetapi mantapkanlah hati kalian, jika manusia berbuat baik kalian juga berbuat baik, namun jika mereka berlaku buruk, janganlah kalian berbuat zhalim." Berkata Abu Isa: Ini merupakan hadits hasan gharib tidak kami ketahui kecuali melalui jalur ini.”[8]
 
Hadits diatas menjelaskan bahwa janaglah menjadi manusia yang mengekor, maksudnya ketika orang lain baik, maka menjadi baik, dan ketika manusia menjadi buruk, maka menjadi buruk.
Implikasi dengan konseling yaitu seorang konselor berusaha mengubah tingkah laku klien yang sebelumnya buruk menjadi baik, dan yang awalnya baik dipertahankan. Konselor mampu untuk memandirikan klien untuk mengambil keputusan dalam tindakannya dan meneguhkan hasrat seorang klien untuk senantiasa percaya pada diri sendiri dan tidak menjadi seseorang yang bimbang.
5.      Asas produktivitas
Menurut sinungan : “Produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan di hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dai hari ini”.[9] Seperti yang dijelaskan hadist dibawah ini:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغ[رواه البخاري]
“Dari Ibnu Abbas radliallahu 'anhuma dia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Dua kenikmatan yang sering dilupakan oleh kebanyakan manusia adalah kesehatan dan waktu luang”.[10]
Hadits diatas maksudnya adalah bahwa manusia itu selalu lupa terhadap nikmat Allah yang luar biasa yaitu nikmat kesehatan dan waktu.
Implikasi dengan bimbingan dan konseling yaitu konselor mencoba untuk menjadikan kliennya untuk menjadi lebih baik dikemudian hari setelah diberian layanan kepada klien sesuai yang dibutuhkan klien.
Dalam hadist lain juga dijelaskan bahwa:
عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لرجل وهو يعظه: «اغتنم خمسا قبل خمس: شبابك قبل هرمك، وصحتك قبل سقمك، وغناءك قبل فقرك، وفراغك قبل شغلك، وحياتك قبل موتك»[رواه الحاكم]                                                                                                                                            
“Dari Abu Abbas ra berkata:, Nabi berkata: lakukanlah lima perkara sebelum lima perkara, masa muda sebelum masa tua mu, masa sehatmu sebelum masa sakit mu, masa kaya mu sebelum masa fakir mu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, masa hidupmu sebelum masa matimu”[11]
Hadist diatas menerangkan bahwa nabi mneyuruh melakukan lima perkara sebelum lima perkara, yaitu masa muda sebelum tua, masa sehat sebelum sakit, masa kaya sebelum miskin, masa luang sebelum sibuk, masa hidup sebelum masa mati.
Implikasi dengan bimbingan dan konseling yaitu dari hadits diatas yang menyatakan pergunakan waktu luang sebelum tibanya waktu sempit, bagaimana konselor berupaya menangani masalah klien sedini mungkin agar tidak menjadi semakin buruk. Klien juga harus produktif, yaiut hari in lebih baik dari pada hari kemarin.
6.      Azas Memperhatikan Kesulitan Orang Lain, Memudahkan Urusan, dan Menjaga Rahasia (Aib)
Konselor dalam proses konseling harus mampu memperhatikan kesulitan yang dihadapi oleh klien, konselor memberikan perhatian dan empati terhadap apa yang dirasakan oleh klien. Semua pernyataan klien, baik langsung atau tidak langsung, baik melalui kata-kata (verbal) maupun isyarat (non verbal) dan yang tidak kalah pentingnya bahasa tubuh (body language).[12]
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُه[رواه مسلم]                     
“Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: 'Barang siapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim. Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya. Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca Al Qur'an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. Barang siapa yang ketinggalan amalnya, maka nasabnya tidak juga meninggikannya”.[13]
 
Hadits diatas menerangkan bahwa sesama muslim harus saling menolong dalam kesulitan, menjaga dan menutup aib sesama muslim maka allah juga akan menolong dan menjaga aib di dunia dan akhirat.
Implikasi dengan bimbingan dan konseling yaitu bagaimana seorang konselor membantu klien dalam menghadapi dan mengentaskan masalah yang dihadapi oleh klien, dan konselor juga menjaga semua rahasia dan aib dari klien.
Menjaga rahasia klien merupakan kunci dalam pelaksanaan bimbingan konseling. Sebagaimana janji seorang konselor yaitu ; “ saya…menyatakan bahwa saya sanggup dan bersedia menerima, menyimpan, memelihara, menjaga, dan merahasiakan segala data dan atau keterangan yang saya terima, baik dari klien saya atau dari siapapun juga, yaiu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain.[14]
7.      Asas keterbukaan dan kejujuran
Azas keterbukaan dan kejujuran merupakan azas penting bagi konselor atau guru pembimbing karena hubungan tatap muka antara konselor dengan klien merupakan pertemuan  batin tanpa ada yang ditutup-tutupi. dengan adanya keterbukaan ini dapat ditumbuhkan kecendrungan pada klien untuk membuka dirinya, untuk membuka kedok hidupnya yang menjadi penghalang bagi perkembangan psikisnya.[15]
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ[رواه أبو داود]
Dari Abu Umamah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Aku akan menjamin rumah di tepi surga bagi seseorang yang meninggalkan perdebatan meskipun benar. Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi seseorang yang meninggalkan kedustaan meskipun bershifat gurau, Dan aku juga menjamin rumah di syurga yang paling tinggi bagi seseorang yang berakhlak baik.”[16]
 
Hadits diatas menerangkan bahwa agar meninggalkan perdebatan, karena pada hakikatnya perdebatan itu tidak ada habisnya dan sering berakhir dengan perkelahian, meningalkan kedustaan walaupun itu dalam bercanda sebagai seorang muslim allah melarang untuk berdusta dan allah akan meninggikan orang-orang yang berakhlak baik.
Implikasi dengan bimbingan dan konseling keterbukaan dan kejujuran sangat penting dalam proses konseling, baik itu dari konselornya maupun klien itu sendiri. Klien yang menceritakan secara terbuka dan jujur akan memudahkan konselor untuk mengetahui masalah yang sedang dihadapinya dan akan mempermudah dalam mengentaskan masalah yang dihadapi oleh klien. Hadits lain yang menjelaskan tentang keharusan dalam berlaku jujur yaitu :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِبن مسعود قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا[رواه مسلم]
Dari Syaqiq dari 'Abdullah dia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Kalian harus berlaku jujur, karena kejujuran itu akan membimbing kepada kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah. Dan hindarilah dusta, karena kedustaan itu akan menggiring kepada kejahatan dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta di sisi Alla”.[17]
 
Hadist diatas menerangkan bahwa keharusan dalam berlaku jujur, karena dengan kejujuran akan membimbing kepada kebaikan. Dengan kata lain seseorang yang enantia jujur baik itu pada didir sendiri dan kepada orang lain akan membing seseorang tersebut kepada kebaikan, dan dengan kebaikan itu akan membimbing ke surga, dan hendaklah untuk menjauhi dusta, arena dusta akan membawa ke neraka.
Implikasi dengan bimbingan konseling yaitu dalam proses konseling, seorang konselor hendaklah berlaku jujur, sehingga klien yang dihadapi juga jujur terhadap kondisinya, sehingga proses konseling dapat berjalan sesuai dengan prosedur yang diharapkan dan nantinya akan tercapainya tujuan dalam proses bimbingan dan konseling. 
Adapun hadits lain juga menjelaskan mengenai hal ini adalah sebgai berikut:
عَنْ أُمِّ كُلْثُومٍ بِنْتِ عُقْبَةَ قَالَتْ مَا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرَخِّصُ فِي شَيْءٍ مِنْ الْكَذِبِ إِلَّا فِي ثَلَاثٍ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا أَعُدُّهُ كَاذِبًا الرَّجُلُ يُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ يَقُولُ الْقَوْلَ وَلَا يُرِيدُ بِهِ إِلَّا الْإِصْلَاحَ وَالرَّجُلُ يَقُولُ فِي الْحَرْبِ وَالرَّجُلُ يُحَدِّثُ امْرَأَتَهُ وَالْمَرْأَةُ َ تُحَدِّثُ زَوْجَهَا [رواه ابو داود]                                     
"Dari ibunya Ummu Kultsum binti Uqbah ia berkata, "Aku tidak pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memberi keringanan untuk berbohong kecuali pada tiga tempat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengatakan: "Aku tidak menganggapnya sebagai seorang pembohong; seorang laki-laki yang memperbaiki hubungan antara manusia. Ia mengatakan suatu perkataan (bohong), namun ia tidak bermaksud dengan perkataan itu kecuali untuk mendamaikan. Seorang laki-laki yang berbohong dalam peperangan. Dan seorang laki-laki yang berbohong kepada isteri atau isteri yang berbohong kepada suami (untuk kebaikan).[18]
 
Hadits diatas menerangkan bahwa adanya keringanan untuk berbohong dalam hal berbohong untuk mendamaikan, berbohong dalam peperangan, dan berbohong diantara suami istri untuk kebaikan.
Implikasi dengan bimbingan dan konseling yaitu seorang konselor dalam pelaksanaan konseling dapat berbohong dalam hal positif yang bertujuan untuk klien itu sendiri. 

                      


C.    Penutup
1.      Kesimpulan
Penyelenggaraan layanan bimbingan konseling dituntut untuk memenuhi sejumlah azas bimbingan. Pemenuhan azas bimbingan itu akan memperlancar pelaksanaan dan menjamin keberhasilan layanan, sehingga dikatakan bahwa azas dalam bimbingan konseling sebagai nafas dari kehidupan layanan bimbingan dan konseling.
Asas yang dibahas pada makalah ini diantaranya yaitu : asas saling menghargai dan menghormati, asas manfaat pendidikan, asas keahlian, asas kemandirian dan kenormatifan, asas produktivitas, asas memperhatikan kesulitan orang lain, memudahkan urusan, dan menjaga rahasia (aib), dan asas keterbukaan dan kejujuran.
Pelaksanan konseling harus menggunakan asas yang telah di tetapkan dan juga asas yang berlandaskan kepada Al-quran dan hadits untuk kemaslahaytan baik itu konselor dank lien.
2.      Saran
Seorang konselor harus mampu dalam mengaplikasiakan asas dalam yang berlandaskan pada Al-Quran dan hadist dalam proses pelaksanaan konseling nantinya. Demikianlah makalah ini penulis buat, penulis menyadari banyak kesalahan dalam pengetikan dalam makalah ini. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar bermanfaat bagi pemakalah selanjutnya dan untuk kita semua.





BUKTI KERJA

NO
PELAKSANAAN DISKUSI
PEBAGIAN TUGAS
WAKTU
TEMPAT
NAMA
NIM
TUGAS
1
8 Oktober 2014
Kost teman
Mutiara suci ramadhani
12 108 078
Meminta Software hadits
2
9 Oktober 2014
kost
Mutiara suci ramadhani
12 108 078
Online mencari bahan
3
10 Oktober 2014
Kost
Mutiara suci ramadhani
12 108 078
Mengetik
4
11 Oktober 2014
Kost
Mutiara suci ramadhani& mona febriani
12 108 077
12 108 078
Mengetik
5
12 oktober 2014
Kost
Mutiara suci ramadhani
12 108 078
Mengetik dan mengedit makalah
6.
12 oktober 2014
Di rumah
Mutiara Suci Ramadhani
12 108 078
Mengerim E-mail tugas
7
13 oktober
Kost &wanet
Mutiara suci ramadhani& Mona Febriani
12 108 077
12 108 078
Memprint makalah dan memfotokopy






[1] Muslim ibn al-Hajjâj, Shahîh Muslim, Juz 8, h. 158, hadits 7386
[2]al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz 1, h. 26, hadits 11
[3] Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), h. 119
[4] al-Bukhârî, Shahîh al-Bukhârî,  Juz 1, h. 23, hadits 59

[5]. Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling…Hal. 119
[6] Haryanto, 2010, Asas Bimbingan dan Konseling, Tersedia Online : http://belajarpsikologi.com/asa-bimbingan-konseling/, Akses Pada Okrober 2014
[7] Muslim ibn al-Hajjâj, Shahîh Muslim, Juz 8, h. 56, hadits 6945
[8] al-Turmudzî, Sunan al-Turmudzî, Juz 3, h. 432, hadits 2007

[9] Pengertian Produktivitas kerja, 2011, Tersedia Online: Skripsi-manajemen.blogspot.com./es/2011/02/Pengertian-defenisi-produktivitas-kerja.html
[10] al-Bukhârî, Shahîh al-Bukhârî,  Juz 8, h. 109, hadits 6412

[11] al-Hâkim al-Naysâbûrî, al-Mustadrak ‘ala al-Shahîhayn, Juz 4, h. 341, hadits 7846

[12] Prayitno, Dasar dan Dinamika Hubungan Konseling, (Padang: UNP, 2012), h. 18
[13] Muslim ibn al-Hajjâj, Shahîh Muslim, Juz 8, h. 71, hadits 7028

[14] Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan konseling,…h. 346
[15] Hallen. A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 67
16Abû Dâwud, Sunan Abî Dâwud, Juz 4, h. 400, hadits 4802

[17] Muslim ibn al-Hajjâj, Shahîh Muslim, Juz 8, h. 29, hadits 6805

[18] Abû Dâwud, Sunan Abî Dâwud, Juz 4, h. 433, hadits 4923

Tidak ada komentar:

Posting Komentar